Penjualan Berkedok Hadiah (Baca : Penipuan)

Hari itu Anan mendapat telepon dari seorang wanita mengaku bernama "Angle" dan menurut pengakuaannya, dia adalah pihak dari VISA yang memberitahukan bahwa Anan adalah salah satu orang yang beruntung dan mendapatkan voucher gratis menginap di sebuah hotel berbintang. Namun anehnya untuk mendapatkan fasilitas tersebut, Anan diwajibkan untuk memiliki kartu member yang biaya pertahunnya sekitar dua juta rupiah.

sumber : thesalesblog.com

Kontan saja Anan berpikir "Pasti ini sebuah penipuan". Anan mencoba menolak tawaran "telepon gelap" tersebut namun seperti sales pada umumnya, yang pandai berkelit, 1001 ungkapan pun diluncurkannya. alih-alih dia pun berkata bahwa ini sudah fasilitas yang mejadi hak Anan.

Karena si penelepon tetap saja ngotot, Anan-pun melunak. Namun, Anan punya maksud lain, dia mengikuti keinginan si penelepon dengan maksud mempelajari bagaimana cara kerjanya. Si penelpon tahu jika si Anan punya akun di bank Mandiri, dia berdalih bahwa fasilitas ini didapatkan Anan atas dasar pemakaian jasa VISA yang logonya tertera di kartu debit bank Mandiri yang ia miliki, sehingga -si penelpon menambahkan-  bila Anan mengklarifikasikan ini ke pihak Mandiri, mereka tak akan tahu menahu. Sungguh baginya, ini merupakan tipu daya yang licik.

Anan merasa aneh ketika, si penelpon meminta alamat si Anan untuk pengiriman hadiahnya (voucher menginap di hotel). Adakah orang yang ingin memberikan hadiah atas dasar pemakaian jasa dari sebuah perusahaan, namun perusahaan tersebut tak tahu menahu alamat konsumennya tersebut?. Anan-pun menyebutkan alamatnya dan membuat perjanjian tanggal dan jam untuk bertemu.

Waktu yang dijanjikan pun tiba. Seorang laki-laki dengan tampang preman datang ke rumah Anan. Dirinya mengaku dari pihak yang bekerja sama dengan Mandiri untuk memberikan hadiah berupa voucher menginap gratis. Namun untuk mendapatkan voucher ini, si penerima hadiah harus menjadi member terlebih dahulu.
sumber : google images
Adu mulut pun tak terbantahkan. Laki-laki bertampang preman telah menyodorkan mesin debit portabel bersiap untuk menerima uang dari si korban (baca: Anan). Anan pun tak tinggal diam, bersama dengan ibunya. dia kukuh untuk menolak tawaran laki-lakit tersebut. Meskipun si korban sempet berbohong (karena kepepet) bahwa di ATMnya tak ada uang segitu, si laki-laki tadi pun tak menyerah dan memberi penawaran untuk membayar dengan uang cash.

Alhamdulillah, setelah adu mulut yang cukup lama. Laki-laki itu merasa kasihan dan mengalah. Dia mengaku bahwa perusahaanya telah membayar ke pihak Mandiri atas fasilitas yang telah didapatkan si Anan, karena itu perusahaannya akan rugi jika tak mendapatkan ganti dari si penerima hadiah. Logika yang sangat tak masuk akal bukan?!

Dari kisah si Anan ini dapat kita petik hikmah, jangan ragu untuk katakan "TIDAK" kepada sales yang memiliki gelagat buruk. Sales dengan gelagat buruk biasanya dapat dilihat dengan ciri-ciri :
  • Terlalu banyak mengumbar janji, begini dan begitu...
  • Terlalu banyak bicara - tanpa memperhatikan tanggapan dari audience - tidak atau sangat sedikit memberikan kesempatan audience untuk berbicara. Audience bicara "A", maka si sales akan menimpalinya dengan "A, B, C,...." bahkan sampai "Z"
  • Iming-iming yang tidak irasional, seperti reward yang didapatkan tak sesuai dengan harga yang dibayar atau sebaliknya.
Tulisan ini tidak mengajak pembaca untuk menjadi "anti-sales" namun menjadikan kita lebih cermat dan hati-hati dalam menerima tawaran suatu produk/jasa. Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat kita lebih cerdas dalam berhadapan dengan sales.





Postingan populer dari blog ini

Menggambar Teknik Mesin : Gambar Potongan Dasar

Teknik trim pada sampungan pipa dengan socket fitting

Hukum Hooke, Modulus Elastisitas, & Poison Ratio