Membangun Peradaban dengan Teknologi Hijau


sumber gambar (di sini)
Berbicara soal teknologi hijau, maka tak lepas dari pembahasan dua unsur kata, "Teknologi" dan "Hijau". Kata teknologi itu sendiri merujuk pada keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia[1]. Sedangkan kata "hijau" merupakan sebuah warna serupa dengan daun yang memberikan kesan alami, kesejukan, damai, dan tumbuh. Jadi Teknologi hijau dapat digambarkan sebagai teknologi ramah lingkungan yang memberikan kenyamanan untuk kehidupan manusia selaras dengan keberlangsungan lingkungan sekitar, baik itu untuk alam, hewan, atau tanaman.

Perkembangan Teknologi dan Peradaban Manusia

Berangkat dari penemuan cara membuat api dan disusul penemuan roda di mesopotamia merupakan pemicu awal peradaban manusia. Dari api saja manusia dapat memasak berbagai jenis makanan, api juga dapat digunakan untuk pemanas, penerangan, perlindungan dari binatang buas, untuk komunikasi, dan lainnya.

Dari penemuan api  tersebut kini dapat kita rasakan manfaat berupa mesin pembakaran atau bahasa kerennya combustion engine. Panas yang berasal dari api pembakaran diubah menjadi energi bermanfaat baik itu berupa listrik atau gerak. Mesin pembakaran dapat dibedakan menjadi dua - bedasarkan letak pembakarannya- pembakaran internal (internal combustion engine atau IC) dan eksternal (eksternal combustion engine atau EC). Contoh pembakaran internal adalah pada mesin mobil yang sehari-hari kita jumpai dimana pembakaran terjadi di ruangan khusus dalam mesin, sedangkan untuk pembakaran eksternal seperti mesin uap dimana pembakaran terjadi terpisah di luar mesin dan energi panas dihantarkan melalui perantara fluida.

Perkembangan teknologi terus membawa kemajuan bagi peradaban manusia. Kemajuan teknologi semakin mempermudah aktivitas manusia, sehingga mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk dimanfaatkan dengan hal-hal yang positif.  
sumber gambar (di sini)

Namun, perkembangan teknologi tak selamanya berjalan mulus. Coba kita tengok di jalan-jalan di kota besar, hampir dipenuhi dengan deru kendaraan mobil-motor yang memenuhi setiap ruas jalan. Bisa dibayangkan berapa konsumsi bahan bakar yang habis terpakai dikalikan sejumlah kendaraan dan sejumlah hari dalam setahun. Tak cukup sampai di situ efek rumah kaca pun meningkat seiring banyaknya CO2 yang dilepas di udara. Karena CO2 sendiri merupakan gas penyumbang terbanyak (60%) untuk memberikan efek rumah kaca (lihat gambar di atas)[2].

Sumber gambar (di sini)

Di Jepang, pembakaran gasoline (bahan bakar fosil) menjadi penyumbang nomer 2 (sekitar 29 %) setelah listrik[2]. Tentunya kendaran yang kita pakai sehari hari termasuk kategori tersebut.

Solusi Teknologi Hijau

Kata teknologi - dengan imbuhan hijau- sendiri muncul tatkala manusia mulai menyadari perkembangan teknologi yang tak terkontrol akan berdampak buruk bagi keberlangsungan bumi, tempat kita berpijak. sifat egois membuat kita menggali sumber daya alam tanpa peduli akibatnya, dan bencana menyadarkan kita bahwa alam pun perlu mendapat perhatian.

Maka dari itu munculah istilah teknologi hijau dimana teknologi yang kita buat harus berpacu dengan pelestarian sumber daya alam. Bedasarkan hal tersebut kriteria teknologi hijau pun dapat dijabarkan :

  1. Pencemaran yang dihasilkan harus minim bahkan mendekati nol seperti CO2, CO, CFC, logam berat, toksin, dan lainnya yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia.
  2.  Sumber daya yang digunakan teknologi hijau adalah yang dapat diperbarui atau dengan siklus yang seimbang antar penggunaan - sumber daya tersebut- dengan pelestariannya.
  3. Hemat dalam penggunaan energi. Seperti halnya makanan satu piring cukup untuk dua orang, makanan dua piring cukup untuk tiga orang. Sehingga sumber daya tak cepat habis dan memberikan untuk mereka waktu rehabilitasi (perbaikan) yang lebih lama.
  4. Desain teknologi hijau harus bisa digunakan (dimanfaatkan) ulang atau recycle. Misalnya benda terbuat dari plastik maka ia pun harus mudah diuraikan dengan mudah atau diproduksi ulang sehingga raw materials (bahan mentah) dapat menggunakan teknologi awal yang sudah tak terpakai sehingga penggunaan sumber daya alam-pun lebih efisien. Untuk kategori ini (desain) masih banyak contoh yang bisa dijabarkan. Selain itu konstruksinya pun harus efisien dan efektif sehingga tak berlebihan dalam penggunaan meterial.

Seperti yang dijelaskan di awal tulisan ini, hijau merupakan sebuah warna yang sama dengan daun sehingga memiliki arti alami, sejuk, dan tumbuh. Salah satu teknologi yang menerapkan konsep ini adalah Daihatsu, perusahaan mobil Jepang tertua yang dikenal dengan produk mobil-mobilnya yang berukuran kompak[3].

Seperti pepohonan hijau yang terus tumbuh dan seiring dengan pertumbuhannya menjadikan sekitarnya sejuk dan rindang, Daihatsu pun memiliki konsep yang serupa. Perusahaan mobil jepang tersebut memiliki tiga tahapan untuk tumbuh dalam membangun teknologi hijaunya[4].
Sumber gambar (di sini)

  • Tahap pertama (30 km/liter): Eco-IDLE Technology

Pada tahap pertama, Daihatsu mengaplikasikan dua hal ke dalam mesinnya. yakni (1) Sistem i-EGR yang menghasilkan pembakaran sempurna dan meminimumkan keluaran gas CO2 dan (2) Sistem eco-IDLE yang mengatur hidup-mati mesin secara otomatis dalam keadaan macet untuk mencapai efisiensi konsumsi bahan bakar.

  • Tahap kedua (35 km/liter): Mesin 2 Silinder dengan Injeksi langsung Turbocharged

Pada tahap kedua, Daihatsu membuat mobilnya semakin kompak karena menggunakan mesin dua silinder untuk menggantikan mesin tiga silinder atau dengan kata lain makanan dua piring cukup untuk tiga orang. ditambah dengan sistem pembakaran aktif (active ignition system) dan beberapa improvisasi lainnya, Daihatsu mengklaim bahwa mesinnya lebih irit 30% dari mesin yang sudah ada. ckck hebat bukan :)

  • Tahap ketiga (Zero emission): Penggunaan Fuel Cell (Precious Metal-Free Liquid-Feed Fuel Cell)

Tahap ketiga, membuat mobil berbahan bakar full cell. Sederhananya mengubah air yang biasa kita temui sehari-hari menjadi bahan bakar untuk mobil. Tapi tentunya bukan air murni, tapi air yang sudah dimodifikasi menjadi Hidazin Hidrat cair (N2H4.H2O).

Teknologi fuel cell umumnya memiliki kendala meski bahan bakarnya ramah lingkungan tapi untuk mengubah bahan bakar tersebut menjadi energi diperlukan katalisator dari logam mulia (seperti platinum). Nah, dengan adanya teknologi Precious Metal-Free Liquid-Feed Fuel Cell (disingkat PMfLFC) atau kalau diterjemahkan bebas menjadi Fuel Cell Tanpa Logam Mulia., maka impian umat manusia untuk menjadikan fuel cell teknologi murah dan ramah lingkungan ini menjadi semakin nyata bahkan untuk produksi masal. Aih, kita doakan saja semoga Daihatsu bisa segera membuat tahap ini menjadi nyata,... Ganbate ^^!

Kesimpulan

Nah, sampai juga kita pada pembahasan terakhir dalam tulisan singkat ini. Penerapan teknologi hijau pada kendaraan mobil dan motor (atau kendaraan bermotor lainnya) dapat menyumbang kelestarian lingkungan alias menjaga bumi agar senantiasa tetap hijau hingga mencapai sebuah keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kelestarian alam. Seperti hijaunya daun yang memberikan oksigen melalui klorofilnya, terus tumbuh bersama batangnya, dan cabang-cabangnya memberikan kesejukan, maka teknologi hijau pun harus demikian. Ia harus tumbuh dan menjadi lebih baik dari masa ke masa, dan tidak hanya canggih namun juga dapat memberikan kebaikan alam dan lingkungan sekitar. Meski demikian, tetap saja kebijaksanaan manusia merupakan peran yang paling penting bagi bumi yang lebih baik :)



Refrensi

Postingan populer dari blog ini

Menggambar Teknik Mesin : Gambar Potongan Dasar

Teknik trim pada sampungan pipa dengan socket fitting

Hukum Hooke, Modulus Elastisitas, & Poison Ratio