(Bukan) Dokter yang Menyembuhkan

 Itulah salah satu hikmah yang bisa ane petik dari film Furikaereba Yatsu ga Iru. Dorama Jepang yang pertama kali saya tonton. Inget-inget dah dulu ane nonton pas duduk di bangku SD (sekitar taon 96-an). Film ini mengisahkan tentang dua orang dokter yang menjadi rival dalam sebuah rumah sakit. dr. Shiba banyak dibenci orang karena kelakuannya yang buruk namun dia seorang jenius 'skilled surgeon' dan dr. Ishikawa yang juga dokter bedah namun bayak disukai orang karena sikapnya yang ramah.


dr. Shiba tidak meyakini bahwa setiap nyawa berharga untuk diselamatkan, dan hanya mau melakukan beberapa operasi bedah untuk suatu kondisi. Dia sangat terampil dalam menjalani operasi bedah, ambisinya hanya menyelesaikan operasi yang sulit. Sebaliknya, dr. Ishikawa adalah seorang yang idealis, yang meyakini bahwa seorang dokter harus memperlakukan semua pasien tanpa ada perbedaan dan berjuang untuk berjuang untuk melindungi setiap kehidupan manusia. Karena perbedaan prinsip itu membuat mereka terus berseberangan dalam bekerja.

Suatu saat, ditemukan kanker pada tubuh dr. Ishikawa dan sudah mencapai level lanjut. Namun dr. Ishikawa tidak mempedulikannya. Ia lebih memikirkan bagaimana mengalahkan dr. Shiba. Idealis dr. Ishikawa pun seakan-akan berubah menjadi ambisi untuk menyingkirkan rivalnya. Namun akhirnya, mereka berdua pun dapat bekerjasama, dr. Shiba sebagai ahli bedah dan dr. Ishikawa sebagai pasien, melawan kanker ganas yang berada di tubuhnya. Operasi pun selesai dengan sukses, dr. Ishikawa pun berjabat tangan dengan dr. Shiba, pertanda perseteruan telah berlalu dan memulai lembar baru. Namun beberapa saat kemudian, kanker dr. Ishikawa kembali bereaksi. Di saat kritis itulah dr. Shiba berusaha menyelamatkan kembali namun sayang takdir berkata lain. dr. Ishikawa meninggal karena kanker dan dr. Shiba pun mati dibunuh orang yang membencinya saat meninggalkan rumah sakit setelah gagal menyelamatkan rivalnya.

two doctor who totally opposed, dr Shiba 'black' and dr Ishikawa 'white'

Sebagai 'pengamat', saya rasa film ini cocok buat teman-teman yang ingin tau seputar dunia kedokteran dalam instansi rumah sakit. Permisa juga disungguhkan bagaimana kong-kalikong antara dokter dengan pihak farmasi dalam menentukan jenis obat yang digunakan untuk pasien, juga peralatan kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit. 

Oh ya permisa juga harus bersyukur bila saat ini masih diberi kesehatan. Karena berapa banyak sodara kita di rumah sakit yang masih hidup tapi tak 'menikmati' kehidupannya, seperti apa yang dr. Shiba katakan "... There's a difference between living and just being alive" sehingga dia lebih menyukai menggunakan euthanasia* pada pasien hopeless.

Akhir kata, seorang dokter seharusnya memahami bahwa bukanlah ia yang menyelamatkan pasien dari kematian atau sebaliknya. karena Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya, dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan - QS 63 :11.


Salam -

Sumber : http://wiki.d-addicts.com/Furikaereba_Yatsu_ga_Iru
*Euthanasia : Tindakan mematikan mematikan orang untuk meringankan penderitaanya

Postingan populer dari blog ini

Menggambar Teknik Mesin : Gambar Potongan Dasar

Teknik trim pada sampungan pipa dengan socket fitting

Hukum Hooke, Modulus Elastisitas, & Poison Ratio